Saturday, November 26, 2011

Pemadam & Abu

Malam yang seperti biasa, dan aku ingat. Tanpa niat dan tanpa persiapan, aku melihat api itu muncul. Menyadari, tapi tidak bertindak. Memang apa yang harus aku lakukan? Tidak ada yang salah atas semua itu. Bagaimana pun itu hanya api.

Terpesona oleh malam, membaurkan semua salah , membiarkan aku terjatuh dalam layar kaca dan seketika berubah menjadi abu. 1,2,3 dan 4, sudah berapa lama aku pergi? Rasanya baru kemarin.

Api tidak bercanda. Aku meremehkan lalu dia menantang. Tanpa disadari, samar kulihat sang pemadam. Mengawasiku melalui mata itu. Mata yang paling kubenci. Serius. Aku slalu benci tatapannya. Sangat merendahkan. Apa karena aku bukan putih, melainkan abu?

Tidak, bukan, salah. Selalu aku tekankan, semampuku. Niat aku bulatkan, janji aku genapkan, tapi hasilnya? Tombol itu selalu aku tekan kembali. Sadar dong sadar...  Dia memadamkan, tapi dia juga yang menyebabkan kebakaran lain di sisi satunya. Lantas apa akhirnya? Hilang satu tumbuh yang lainnya. Itu kata yang lain kan? Tapi rasanya sangat tidak untuk yang satu ini. 

Lalu kenapa aku harus ikut terbakar? Zona aman adalah pijakanku sekarang kan? Apa karna pengaruh sang waktu, sehingga tanpa sadar aku ke luar dari batasan yang ada? Haus akan perwujudan, kurang keras mempertahankan, mungkin jadi penyebabnya. Tapi sepertinya kali ini taktikku kalah lagi. Tombol itu kutekan, dan aku bicara. Tapi aku bukan pengecut, akan kuakhiri lagi sangkalan ini. Secepatnya.

No comments:

Post a Comment